TI-37-06

Sabtu, 13 Desember 2014

SEVEN TOOLS
Nama     : Mohammad Iqbal Wibisono
NIM       : 1102130121
Kelas      : TI-37-06

Seven Tools
Seven tools merupakan tujuh alat bantu yang dapat digunakan untuk menganalisis permasalahan dengan sebaik-baiknya dengan menelusuri berbagai kemungkinan penyebab persoalan dan memperjelas kenyataan atau fenomena yang otentik dalam suatu persoalan. 
Seven tools terdiri dari: 
1. Lembar Pengamatan (Check Sheet) 
Lembar isian (check sheet) merupakan alat bantu untuk memudahkan dan menyederhanakan pencatatan data. Bentuk dan isinya disesuaikan dengan kebutuhan maupun kondisi kerja yang ada. Untuk mempermudah proses pengumpulan data maka perlu dibuat suatu lembar isian, dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Maksud pembuatan harus jelas  
Dalam hal ini harus diketahui informasi yang jelas dan apakah data yang nantinya diperoleh cukup lengkap sebagai dasar untuk mengambil tindakan atau tidak. 
b. Stratifikasi harus sebaik mungkin  
c. Dapat diisi dengan cepat, mudah dan secara otomatis bisa segera dianalisis. Jika perlu, dicantumkan gambar dan produk yang akan diperiksa.



2. Histogram 
Histogram adalah grafik batang yang menggambarkan distribusi data. Adapun karakteristik histogram adalah : Histogram menjelaskan variasi proses, namun belum mengurutkan ranking dari variasi terbesar sampai dengan yang terkecil. 
a. Gambar bentuk distribusi (cacah) karakteristik mutu yang dihasilkan oleh data yang dikumpulkan melalui check sheet. 
b. Histogram juga menunjukkan kemampuan proses, dan apabila memungkinkan, histogram dapat menunjukkan hubungan dengan spesifikasi proses dan angka- angka nominal, misalnya rata-rata. 
c. Dalam histogram, garis vertikal menunjukkan banyaknya observasi tiap-tiap kelas. Menurut Mitra (1993), langkah penyusunan histogram adalah: 
1) Menentukan batas-batas observasi. 
Tentukan perbedaan antara nilai terbesar dan terkecil (range). 
2) Memilih kelas-kelas atau sel-sel.
3) Menentukan lebar kelas-kelas 
4) Menentukan batas-batas kelas. Kelas-kelas tersebut tidak saling tumpang tindih 
5) Menggambar frekuensi histogram dan menyusun diagram batangnya 


3. Stratifikasi (Run Chart) 
Stratifikasi adalah diagram yang berfungsi untuk mengklasifikasi persoalan menjadi kelompok atau golongan sejenis yang lebih kecil atau menjadi unsur- unsur tunggal dari persoalan. 


4. Diagram Sebab dan Akibat 
Istilah lain dari Fishbone Diagram adalah Diagram Ishikawa, dikembangkan oleh Kaoru Ishikawa, seorang pakar kendali mutu. Sering kali disebut sebagai fishbone diagram dikarenakan bentuknya yang menyerupai tulang ikan. Fishbone diagram merupakan salah satu alat pengendali mutu yang fungsinya untuk mendeteksipermasalahan yang terjadi dalam suatu proses industri. Fishbone diagram dalam penerapannya digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang menjadi penyebab permasalahan.  Diagram ini sangat praktis dilakukan dan dapat mengarahkan satu tim untuk terus menggali sehingga menemukan penyebab utama atau akar suatu permasalahan. Akar penyebab terjadinya masalah ini memiliki beragam variabel yang berpotensi menyebabkan munculnya permasalahan.  

Langkah-langkah membuat Fishbone Diagram adalah sebagai berikut: 
a. Mengidentifikasi akibat atau masalah 
b. Mengidentifikasi berbagai kategori sebab utama 
c. Menemukan sebab-sebab potensial dengan cara sumbang saran   
d. Mengkaji kembali setiap kategori sebab utama. 
e. Mencapai kesepakatan atas sebab-sebab yang paling memungkinkan. 

Apabila masalah dan penyebab sudah diketahui secara pasti, maka tindakan (action) dan langkah perbaikan akan lebih mudah dilakukan. Dengan diagram ini, semuanya menjadi lebih jelas dan memungkinkan kita untuk dapat melihat semua kemungkinan penyebab dan mencari akar permasalahan sebenarnya. 


5. Peta Kendali (Control Chart) 
Peta kendali (control chart) adalah suatu grafik dengan batasan–batasan yang digunakan untuk memonitor apakah suatu aktivitas dapat diterima sebagai proses yang terkendali. Dalam peta kendali (control chart) terdapat nilai-nilai yang menjadi batasan yang disebut Batasan Kontrol Atas (BKA) dan Batas Kontrol Bawah (BKB). Jika terdapat nilai yang melebihi batasan, maka data dianggap tidak layak dan harus diganti dengan data yang baru.   


6. Diagram Pareto 
Diagram pareto dikenal sebagai gambaran pemisah unsur penyebab yang paling dominan dari unsur-unsur penyebab lainnya dari suatu masalah. Diagram Pareto ini merupakan suatu diagram yang mengurutkan klasifikasi data dari kiri ke kanan menurut urutan ranking tertinggi hingga terendah. 
Hal ini dapat membantu menemukan permasalahan yang terpenting untuk segera diselesaikan (ranking tertinggi) sampai dengan yang tidak harus segera diselesaikan (ranking terendah). Selain itu, diagram pareto juga dapat digunakan untuk membandingkan kondisi proses, misalnya ketidaksesuaian proses, sebelum dan setelah diambil tindakan perbaikan terhadap proses. Diagram pareto ini mempunyai beberapa prinsip yaitu : 

a. Ahli ekonomi Italia, Vilfredo Pareto (1848-1923), mengatakan bahwasanya 20% dari populasi memiliki 80% dari total kekayaan 
b. Joseph Juran mengistilahkan “vital few, trivial many” dimana 20% dari masalah kualitas menyebabkan kerugian sebesar 80% 
Adapun penyusunan diagram pareto meliputi 6 (enam) langkah, yaitu: 
1. Menentukan metode atau arti dari pengklasifikasian data, misalnya berdasarkan masalah, penyebab jenis ketidaksesuaian, dan sebagainya. 
2. Menentukan satuan yang digunakan untuk membuat urutan karakteristik karakteristik tersebut, misalnya frekuensi, unit, dan sebagainya. 
3. Mengumpulkan data sesuai dengan interval waktu yang telah ditentukan. 
4. Merangkum data dan membuat rangking kategori data tersebut dari yang terbesar hingga yang terkecil. 
5. Menghitung frekuensi kumulatif atau persentase kumulatif yang digunakan. 
6. Menggambar diagram batang, menunjukkan tingkat kepentingan relatif masing- masing masalah.


7. Diagram Sebar (Scatter Diagram) 
Diagram sebar merupakan cara yang paling sederhana untuk menentukan hubungan sebab-akibat dari dua variabel yaitu variabel dependen Y dan variabel independen X. Arah korelasi dapat dalam bentuk proporsional (korelasi positif), invers (korelasi negatif) atau pola korelasi mungkin tidak ada (nol korelasi).






Tidak ada komentar:

Posting Komentar