TI-37-06

Kamis, 18 Desember 2014

BEBAN KERJA MENTAL


NAMA : Titi Melinda
NIM     : 1102130112
 
Beban Kerja Mental

Beban kerja (work load) diartikan Hancock dan Meshkati (1988) sebagai suatu bentuk perkiraan awal yang mewakili beban yang disebabkan oleh operator untuk mencapai suatu level performansi tertentu. Beban kerja yang dimaksud adalah ukuran (porsi) dari kapasitas operator yang terbatas yang dibutuhkan untuk melakukan kerja tertentu. Gambar dibawah ini memperlihatkan hubungan antara beban kerja dan kapasitas.

                       
           Gambar Beban Kerja dan Kapasitas

Ada beberapa hal yang memperlihatkan dampak dari kelebihan beban mental berlebih, seperti yang diterangkan oleh Hancock dan Mesahkati yaitu:
1. Kebingungan, frustasi, dan kegelisahan
2. Stres yang muncul dan berkaitan dengan kebingungan, frustasi, dan kegelisahan
3. Stres yang tinggi dan intens berkaitan dengan kebingungan, frustasi, dan kegelisahan   sehingga stress membutuhkan suatu pengendalian yang sangat besar

     Perhitungan beban kerja setidaknya dapat dilihat dari 3 aspek, yakni fisik, mental, dan penggunaan waktu. Aspek fisik meliputi perhitungan beban kerja berdasarkan kriteria-kriteria fisik manusia. Aspek mental merupakan perhitungan beban kerja dengan mempertimbangkan aspek mental (psikologis). Sedangkan pemanfaatan waktu lebih mempertimbangkan pada aspek penggunaan waktu untuk bekerja. Analisis Beban Kerja ini banyak digunakan diantaranya dapat digunakan dalam penentuan kebutuhan pekerja (man power planning); analisis ergonomi, analisis Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), hingga ke perencanaan penggajian, dsb. Skema beban kerja dapat dilihat pada gambar dibawah ini

                                       
      Gambar  Skema beban kerja


Pengukuran Beban Kerja Mental
Menurut Mac Cormick dan Sanders pelaksanaan pengukuran beban kerja mental memiliki beberapa kriteria yaitu:
1. Sensitivity
Dalam pengukuran beban kerja mental seharusnya mencirikan suatu yang berbeda dalam situasi pekerjaan tertentu.
2. Selectivity
Pengukuran beban mental sebaiknya tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor selain dari beban mental itu, seperti fisik dan emosional.
3. Interference
Dalam pelaksanaan pengukuran beban kerja mental hendaknya tidak mempengaruhi beban kerja yang telah diprediksi.
4. Reliability
Hasil pengukuran beban kerja hendaknya dapat dipercaya.
5. Acceptability
Hasil pengukuran beban kerja dapat diterima masyarakat umum khususnya masyarakat disekitar tempat penelitian.

Pengukuran beban kerja mental atau psikologi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
1. Pengukuran Beban Mental secara Objektif
Pengukuran beban kerja psikologi secara objektif dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu:
a. Pengukuran denyut jantung
Secara umum, peningkatan denyut jantung berkaitan dengan meningkatnya level pembebanan kerja.
b. Pengukuran waktu kedipan mata
Durasi kedipan mata dapat menunjukkan tingkat beban kerja yang dialami oleh seseorang. Orang yang mengalami kerja berat dan lelah biasanya durasi kedipan matanya akan lama, sedangkan untuk orang yang bekerja ringan (tidak terbebani mental maupun psikisnya), durasi kedipan matanya relatif cepat.
c. Pengukuran dengan metode lain
Pengukuran dilakukan dengan alat flicker berupa alat yang memiliki sumber cahaya yang berkedip makin lama makin cepat sehingga pada suatu saat sukar untuk diikuti oleh mata biasa.

2. Pengukuran beban mental secara Subyektif
Pengukuran beban kerja psikologis secara subjektif merupakan cara termudah untuk memperkirakan mental workload pada pekerja dalam menampilkan tugas-tugas tertentu. Sheridan & Stassen (1979, dalam Mashkati et. Al, 1992.,dalam Wilson & Corlett, 1992) menjelaskan bahwa pada subjective measures, pekerja diminta untuk menilai beban kerja yang dialami berdasarkan suatu skala berupa daftar kata kunci yang menggambarkan tingkatan workload yang berbeda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar