NAMA : Titi Melinda
NIM : 1102130112
Beban Kerja
Mental
Beban kerja (work load) diartikan Hancock dan
Meshkati (1988) sebagai suatu bentuk perkiraan awal yang mewakili beban yang
disebabkan oleh operator untuk mencapai suatu level performansi tertentu. Beban
kerja yang dimaksud adalah ukuran (porsi) dari kapasitas operator yang terbatas
yang dibutuhkan untuk melakukan kerja tertentu. Gambar dibawah ini memperlihatkan hubungan antara beban kerja dan
kapasitas.
Gambar Beban
Kerja dan Kapasitas
Ada
beberapa hal yang memperlihatkan dampak dari kelebihan beban mental berlebih,
seperti yang diterangkan oleh Hancock dan Mesahkati yaitu:
1. Kebingungan, frustasi, dan kegelisahan
2. Stres yang muncul dan berkaitan dengan kebingungan,
frustasi, dan kegelisahan
3.
Stres yang tinggi dan intens berkaitan dengan kebingungan, frustasi, dan
kegelisahan sehingga stress membutuhkan
suatu pengendalian yang sangat besar
Perhitungan beban kerja setidaknya dapat
dilihat dari 3 aspek, yakni fisik, mental, dan penggunaan waktu. Aspek fisik meliputi perhitungan beban kerja berdasarkan kriteria-kriteria
fisik manusia. Aspek mental merupakan perhitungan beban kerja dengan
mempertimbangkan aspek mental (psikologis). Sedangkan pemanfaatan waktu lebih
mempertimbangkan pada aspek penggunaan waktu untuk bekerja. Analisis Beban Kerja ini banyak digunakan
diantaranya dapat digunakan dalam penentuan kebutuhan pekerja (man power
planning); analisis ergonomi, analisis Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), hingga ke perencanaan penggajian, dsb. Skema beban
kerja dapat dilihat pada gambar dibawah ini
Gambar Skema beban kerja
Pengukuran
Beban Kerja Mental
Menurut
Mac Cormick dan Sanders pelaksanaan pengukuran beban kerja mental memiliki
beberapa kriteria yaitu:
1. Sensitivity
Dalam pengukuran beban kerja mental seharusnya mencirikan suatu yang
berbeda dalam situasi
pekerjaan tertentu.
2. Selectivity
Pengukuran beban mental sebaiknya tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor
selain dari beban mental itu, seperti fisik dan emosional.
3. Interference
Dalam pelaksanaan pengukuran beban kerja mental hendaknya tidak
mempengaruhi beban kerja yang telah diprediksi.
4. Reliability
Hasil pengukuran beban kerja hendaknya dapat dipercaya.
5. Acceptability
Hasil pengukuran beban kerja dapat diterima masyarakat umum khususnya
masyarakat disekitar tempat penelitian.
Pengukuran
beban kerja mental atau psikologi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
1.
Pengukuran Beban Mental secara Objektif
Pengukuran beban kerja psikologi secara objektif dapat dilakukan dengan
beberapa metode, yaitu:
a.
Pengukuran denyut jantung
Secara umum, peningkatan denyut jantung berkaitan dengan meningkatnya
level pembebanan kerja.
b.
Pengukuran waktu kedipan mata
Durasi kedipan mata dapat menunjukkan tingkat beban kerja yang dialami
oleh seseorang. Orang yang mengalami kerja berat dan lelah biasanya durasi
kedipan matanya akan lama, sedangkan untuk orang yang bekerja ringan (tidak
terbebani mental maupun psikisnya), durasi kedipan matanya relatif cepat.
c.
Pengukuran dengan metode lain
Pengukuran dilakukan dengan alat flicker
berupa alat yang memiliki sumber cahaya yang berkedip makin lama makin
cepat sehingga pada suatu saat sukar untuk diikuti oleh mata biasa.
2.
Pengukuran beban mental secara Subyektif
Pengukuran beban kerja psikologis secara subjektif merupakan cara
termudah untuk memperkirakan mental workload pada pekerja dalam
menampilkan tugas-tugas tertentu. Sheridan & Stassen (1979, dalam Mashkati
et. Al, 1992.,dalam Wilson & Corlett, 1992) menjelaskan bahwa pada subjective
measures, pekerja diminta untuk menilai beban kerja yang dialami
berdasarkan suatu skala berupa daftar kata kunci yang menggambarkan tingkatan workload
yang berbeda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar